Liburan awal tahun 2011 yang Saya rencanakan sukses. Mengingat Saya baru saja resign di akhir tahun 2010, dengan segala kejenuhan yang ada, ingin sekali escape dan berpetualang ke suatu tempat...dan itu adalah Pantai. Saya menginginkan bukan sekedar pantai yang biasa atau yang sudah pernah Saya datangi. Saat itu pula Saya teringat saat Saya berumur 11 tahun, Lombok lah yang sangat ingin Saya datangi.
Lombok...impian Saya semenjak SD untuk pergi ke sana..dan akhirnya pun tercapai dengan modal nekat, uang pas-pasan, dan modal sedikit-sedikit mengetahui tentang Lombok dan sekitarnya melalu Mr.Google and info-info dari beberapa blog mereka-mereka yang lebih berpengalaman dan tahu tentang Lombok. Setelah cari tahu tentang Lombok, Saya pun mencari teman siapa yang mau dengan modal dan keinginan yang sama dengan Saya. Akhir nya Saya pun berangkat bersama My Lovely Pals Butet and Jati...^o^...dan memulai petualangan...yuukk nge-backpacker"-an....haaahaa...LoL..^,^
Beberapa hal yang kami persiapkan untuk memulai petualangan :
- Cari info sebanyak-banyaknya mengenai Lombok dan sekitarnya...dan kami menemukan 1 blog yang sangat membatu sekali.. blognya mas Candra http://candrasanjaya.wordpress.com makasih banyak mas untuk info detailnya...
- Menentukan budget..hohohoo..ini dia yang paling penting, secara kami low budget.. :p
- Menentukan tanggal keberangkatan ke Lombok dan kepulangan kembali ke Jakarta. Searching tiket-tiket Promo yang murah ^,^ mulai dari Pesawat, Kereta, Bus, dan Kapal Laut. Karena kami memikirkan segala kemungkinan untuk bisa sampai di Lombok. Baik itu jalur darat, laut, dan udara. Dengan segala pertimbangan akhirnya kami memutuskan untuk naik pesawat, karena dapat tiket Promo ^,^ dan setelah di hitung-hitung sama saja dengan jalur darat dan laut.
- Menyusun perkiraan Budget selama kami liburan, dari akomodasi, hotel, makan, dll.
- Mencoba Booking penginapan, untuk jaga-jaga, tapi hasil nya nihil :( rata-rata penginapan yang kami pilih tidak bisa di booking..dan ternyata booking penginapan pun itu tidak perlu untuk program perjalanan travelling nekat ini :D ...
- Dan bawa perlengkapan yang di butuhkan saja, baju secukupnya, Saya hanya bawa 1 ransel dan tas kamera (penting banget buat narsis-narsisan ^^) yang terpenting lagi adalah obat-obatan (obat masuk angin..hahaha..)
- Terakhir, menyiapkan mental, karena info yang kami dapat bukan hanya yang bagus-bagusnya saja, tetapi ada juga yang bikin deg-deg-an...secara kami para pemula ber-backpackeran...^,^
And Bon Voyage......
WeLcome to Selaparang AirPort
24 January 2011
24 January 2011
Sampai juga di bandara Selaparang..." We are soooo Excited..." enggak nyangka akhirnya sampai juga di NTB. Begitu turun dari pesawat kami langsung memulai bernarsis ria. Selama perjalanan sebenarnya agak meragukan, karena kondisi pesawat yang kami tumpangi agak kurang nyaman, tetapi cuaca sedang baik saat itu, cukup cerah namun agak berawan.
Kami sampai di bandara Selaparang siang hari, dan dalam kondisi "LAPAR"...hahaha..maklum sudah waktunya makan siang. Masih dalam keadaan senang, lapar, dan tentunya bingung. Bingung, karena daerah nya masih sangat asing dan kami benar-benar asing. Begitu di pintu luar bandara, begitu banyak jasa travel yang menawarkan jasanya. Awalnya kami memutuskan untuk langsung melanjutkan perjalanan menuju pantai Senggigi, tetapi karena perut-perut kami sudah berteriak, akhirnya pun memutuskan untuk mengisi perut keroncongan ini terlebih dahulu, agar lebih tenang diperjalanan selanjutnya.
Yuummmiiee..
Makan Soto di salah satu kantin di lingkungan bandara. Sambil makan, kami pun membahas tentang perjalanan selanjutnya setelah makan, ada beberapa hal yang belum kami pahami saat itu, jadi membuat Saya bertanya kepada pelayan kantin itu. Tentang biaya ongkos angkutan umum untuk menuju Pantai Senggigi. Pelayan itu pun menjawab pertanyaan Saya, tetapi kenapa tingkah pelayan itu agak aneh. Selagi kami menikmati hidangan, tiba-tiba pelayan itu kembali ke meja kami, dan dia menawarkan jasa untuk mengantar menemani kami sampai ke Senggigi (aneh nya dia berbisik-bisik dengan Saya). Kedua teman saya meragukan akan niat pelayan itu untuk mengantar kami, dan hati saya pun sedikit ragu, meski ingin sekali berpikiran positif. Akhirnya kami menyetujui niat pelayan itu untuk mengantar kami, tetapi karena ingat belum sholat dzuhur, kami pun sholat dahulu di mesjid bandara. Saat berjalan menuju mesjid, pelayan itu berkata kepada Saya
" Hati-hati di sini suka ada orang yang niat jahat, jadi lebih baik saya antar saja, nanti saya ada teman yang punya taxi juga "
Saya pun spontan bertanya pada pelayan itu..." Anda bukan orang jahat kan? "
Pelayan itu tidak menjawab pertanyaan saya dan dia hanya tersenyum miring, dan disitu kecurigaan berlanjut. Selagi kami sholat, pelayan itu pamit sebentar untuk pulang ganti baju, dan selagi dia pulang kami pun berunding kembali dan sepakat untuk meninggalkan pelayan itu, karena kami tidak bisa begitu saja percaya dengan dia. Setelah sholat, kami langsung meninggalkan lingkungan bandara, berjalan keluar bandara dengan arah yang berbeda dari pelayan tadi, agar tidak bertemu dengan dia. Hahahaa..kami berasa buronan yang sedang kabur.
Berjalan ke luar dari bandara pun, tanpa tahu arah, ke Senggigi itu ke kanan atau ke kiri. GPS yang di bawa Butet ternyata baterainya lemah, jadi tidak bisa digunakan. Kami memutuskan untuk menaiki taxi, untuk sampai di Senggigi, beberapa taxi yang mangkal di dalam lingkungan bandara menawarkan harga yang cukup signifikan mahalnya, karena mereka tidak menggunakan argo. Untuk bisa naik taxi di luar kami agak berjalan sampai di persimpangan jalan (karena menghindar dari pelayan tadi). Taxi pun akhirnya ada yang menggunakan argo dan kami melanjutkan perjalanan menuju Senggigi.
Perjalanan dari bandara Selaparang menuju Senggigi memakan waktu sekitar kurang lebih 30 menit. Sungguh pemandangan yang cukup unik sepanjang perjalanan kami menuju Senggigi. Kami melihat banyak sekali sapi-sapi di gembala dan juga kuda-kuda Sumbawa. Sapi- sapi di sana berwarna coklat dan kuda - kuda Sumbawa agak sedikit lebih kecil ukurannya dari kuda biasanya. Mereka dengan leluasa berkeliaran memakan rumput - rumput yang ada.
Sesampainya di Senggigi kami hanya membayar Rp.35.000 untuk biaya taxi, sedangkan taxi-taxi di dalam bandara menawarkan harga mulai dari Rp.50.000 s/d Rp.85.000,bahkan ada yang Rp.100ribu..huhuuu..
At Senggigi
Kami berencana untuk menginap semalam di Senggigi, dan mulai mencari penginapan. Karena kami bertiga, agak sulit mencari penginapan yang bisa bertiga tanpa ada biaya tambahan. Akhirnya kami pun menginap di Hotel Ray dengan harga biaya tambahan yang cukup minim. Kami memilih room yang ada AC nya karena cuaca agak gerah saat itu dengan tarif Rp.150.000 + Rp.50.000(tarif tambahan, rata-rata penginapan yang lainnya dikenakan biaya Rp.75.000), dan mendapat breakfast, extra bantal dan selimut.
Kami beristirahat sejenak di kamar, dan ketika sore hari menjelang kami mulai petualangan baru di Senggigi untuk melihat Sunset. Untuk sampai di pantai kami berjalan melalu jalan yang tembus ke pantai Senggigi, dimana ternyata bayar tiket masuk seharga Rp.1000 /person untuk bisa menikmati pantai Senggigi (biaya untuk perawatan pantai ). Sambil berjalan menuju pantai, sambil melihat-lihat keadaan di sekitar, terutama memperhatikan rumah makan..hahhaa..(unutk makan malam..xixixi). Kami pun menghabiskan sore pertama kami di pantai Senggigi. Sayang nya saat itu cuaca tiba-tiba mendung dan sedikit gerimis, pemandangan Gunung Agung di Bali yang seharusnya terlihat jelas jadi terhalang oleh kabut dan awan. Meskipun Sunset yang kami saksikan tak seindah di foto-foto yang kami lihat, tapi kami sudah sangat senang bisa menikmati pantai dengan pasirnya yang putih.
^Bersama Sunset ^
Sepulangnya dari pantai Senggigi, kami sempat tersesat di dalam sebuah resort yang berhubungan langsung dengan pantai. Kami kembali ke penginapan tidak melalui jalan yang sama pada saat kami menuju pantai. Kami mencoba berjalan melalui resort tersebut, yang kami pikir pintu keluar lingkungan resort itu tidak terlalu jauh dari muka jalan. Dan ternyata, resort tersebut cukup luas, kami pun tersesat. Keadaan saat itu menjelang magrib, tidak ada seorang pun yang bisa kami tanya, tetapi untungnya resort tersebut memiliki tanda arah exit darurat jika terjadi suatu bencana, dengan mengikuti tanda tersebut akhirnya bisa keluar juga. ^o^
Dinner at Senggigi
Hari sudah malam, kami sudah beristirahat cukup, dan perut kembali lapar...waktu nya makan malam.. ^,^
Tempat kami menginap sebenarnya terdapat resto, tetapi kami ingin mencari yang lebih irit. hehehee...mengingat dari artikel yang pernah Saya baca di pinggir jalan Senggigi ada makanan-makanan yang cukup murah dan itu adalah tenda-tenda biru "Pecel Ayam dan Pecel Lele". Ternyata benar tenda biru itu ada, seperti biasa sebelum memesan kami menanyakan dulu harga makanan tersebut, dan harga pecel ayam/lele Rp.17.000,-. cukup kaget mendengarnya karena menurut kami itu cukup mahal untuk ukuran pecel ayam/lele, karena belum termasuk minum nya.
Dinner at Cafe Madu
Karena penasaran untuk mencari harga yang lebih minim lagi, dan mencari makanan yang tidak biasa (kalau pecel ayam/lele sudah biasa kami makan). Jadi teringat sebuah cafe ketika tadi sore berjalan menuju pantai, cafe itu menawarkan beberapa paket murah. Benar saja, paket makanan yang ditawarkan Cafe Madu lumayan menggiurkan dengan harga Rp.15.000,- include minum. Menu paket makanannya beragam dan minuman nya juga. Jati dan Butet memesan paket ayam lalapan (isinya dan rasanya lumayan enak) , dan Saya memesan paket nasi campur (agak mirip nasi rames plus sedikit plecing kangkung). Ada satu lagi pesanan tambahan Saya, yaitu Kopi Lombok, karena Saya termasuk penggemar kopi, dan kebetulan saya belum pernah mencoba kopi Lombok....daannn..rasanya puunn...hahahahaa....lucu menurut Saya..begitu juga kedua teman Saya..rasa nya agak hambar dan kopi nya kurang strong, seperti air putih diberi sediiiikkiiit kopi. Tetapi yang namanya Sambal Lombok benar-benar mantab rasa pedasnya, karena Lombok memang terkenal dengan cabai nya.
Selesai makan, kami kembali ke penginapan, karena sudah malam saat itu sekitar pukul 21.30, cukup lelah, sudah kenyang, dan mengantuk. Penginapan kami bersebelahan dan berseberangan dengan beberapa pub, jadi meski pun hari sudah larut malam suasana tetap ramai dan terdengar dentuman-dentuman musik dan gelak tawa para tourist. Sesuatu yang kami sadari saat itu juga, adalah ternyata yang terlihat sepanjang hari di Senggigi kebanyakan para tourist asing, sedangkan tourist domestik yang nampak hanya kami bertiga. Mungkin karena belum musim liburan untuk tourist domestik.
Goes to Gili Trawangan.....
25 January 2011
Malam itu, malam pertama di Lombok kedua teman Saya (Butet dan Jati) sudah tertidur lelap, tapi Saya sama sekali tidak bisa terlelap. Saya memang butuh beradaptasi dengan tempat yang baru Saya datangi, apalagi jika harus menginap, pasti tidak bisa tidur. Jadi Saya tidak tidur hingga menanti Subuh, karena trip kami selanjutnya adalah ke pulau Gili Trawangan. Sudah di jadwal kan kami berangkat pukul 6 pagi dari Senggigi menuju Bangsal (sebuah pelabuhan untuk naik boat ke pulau Gili).
Sketsa pemandangan dari Balkon kamar hotel
Karena tidak bisa tidur jadi iseng deh
Sehabis Subuh, Saya membangunkan Butet dan Jati, lalu kami langsung bersiap-siap untuk melanjutkan perjalan ke Gili. Saat itu sudah pukul 6 pagi, kami baru check out dari penginapan. Sayang sekali kami tidak mengambil breakfast kami, karena masih terlalu pagi, penjaganya pun masih terlelap, jadi breakfast nya belum ada. Untung nya sepagi itu ada warung ibu-ibu penjual nasi (kami pikir nasi uduk), nasi yang di jualnya di bungkus kertas bungkus nasi berbentuk kerucut segitiga (Saya lupa apa namanya). Nasi yang di jual si ibu seperti nasi kucing, lumayan untuk mengisi perut, mengingat perjalan yang akan kami lalui nanti melalui jalur laut, biar tidak masuk angin, harus isi perut dulu. Satu bungkus nasi harganya Rp.5000,-
Selagi Sarapan, kami pun ngobrol dengan si ibu penjual nasi, sekali lagi menanyakan rute untuk bisa sampai di Bangsal. Ibu itu bilang, kami cukup naik kendaraan umum saja, nama kendaraan umum disana adalah "bemo". Tapi ternyata bemo-bemo itu jarang yang sampai ke Bangsal, karena jaraknya lumayan jauh, dan memang jalan satu-satunya kami menyewa bemo untuk sampai ke Bangsal. Suasana Pagi itu masih sepi sekali, bemo yang lewat pun jarang, dan rata-rata belum ada penumpangnya. Ibu itu juga bilang biasanya biaya untuk menyewa bemo untuk bisa sampai ke Bangsal sekitar Rp.75.000,-
Sarapan pun selesai dan kami menunggu dan memilih bemo yang kira-kira bisa dan mau mengantar kami sampai di Bangsal. Ada satu bemo bertuliskan "Nupus" di kaca depannya, kami pun bernegosiasi dengan sang supir bemo, akhirnya kami mendapatkan angka Rp.60.000,- untuk bisa sampai Bangsal.
Sang supir bemo itu bernama "Azmi"...ya, bang Azmi..ternyata dia baik sekali kepada kami, orangnya santai, agak pendiam, sopan, dan ramah sekali. Dia bercerita tentang peraturan di Lombok mengenai kecelakaan jika menabrak hewan ternak yang sedang berkeliaran di jalan. Jika di pulau Jawa, kalau kita menabrak sapi, kambing, atau pun ayam, pasti yang disalahkan adalah pengemudi kendaraannya dan dituntut ganti rugi. Akan tetapi di Lombok berbeda, justru yang dimarahi dan disalahkan adalah sang pemilik ternak..."kenapa ternaknya tidak dijaga dengan baik.." hahahaa..ada-ada saja.
Pemandangan yang sangat indah selama perjalanan menuju Bangsal, dengan kontur pulau lombok yang berbukit-bukit, memandang lautan lepas, dan pohon-pohon kelapa sepanjang perjalanan. Tak henti - henti nya Saya tersenyum senang melihat semua itu. Bang Azmi pun menawari kami untuk berhenti sejenak untuk berfoto-foto. Ternyata bang Azmi memang sudah biasa mengantar para backpacker seperti kami, dia memiliki spot tempat untuk berhenti dan berfoto-foto. Kami pun berfoto-foto menikmati pemandangan, tetapi memang tidak bisa berlama-lama, karena kami mengejar jadwal boat pukul 8 pagi di Bangsal.
Mendekati Bangsal, bemo bang Azmi tidak dapat lanjut terus sampai pintu pelabuhan, karena memang sudah peraturannya bemo dilarang masuk, kecuali Cidomo (delman), dan kendaraan pribadi. Jadi, kami bersama bang Azmi hanya sampai terminal dekat bangsal, lalu kami naik Cidomo dengan biaya Rp.20.000,- biaya yang cukup mahal menurut kami, karena jarak dari terminal menuju Bangsal tidak terlalu jauh kurang dari 1 Km. seharusnya kami menawar harga dulu pasti bisa kurang dari Rp. 20.000,-
Sekitar pukul 07:30 pagi kami sampai di dermaga Bangsal, ternyata masih belum terlalu ramai. Di Bangsal, kami langsung menuju loket pembelian tiket, mengingat dari beberapa artikel yang Saya baca, bahwa preman-preman di sana cukup menyeramkan juga, mereka menawarkan jasa tapi dengan paksaan harga tiket yang cukup mahal, dan biasanya tourist asing yang menjadi korbannya.
Tujuan kami adalah pulau Gili Trawangan, tiket resmi boat ke Trawangan adalah Rp.10.000 /orang. Gili Trawangan merupakan pulau Gili yang terbesar dari 2 pulau Gili lainnya, yaitu Gili Nemo dan Gili Air. Kami berencana menghabiskan waktu 3 hari 2 malam di pulau Gili Trawangan. Lamanya perjalan naik boat untuk sampai Gili Trawangan dari Bangsal sekitar 30 menit.
Day One At Gili Trawangan
Boat yang kami naiki ternyata cukup ramai dengan para ibu-ibu yang habis berbelanja sayuran dan buah-buahan di Lombok untuk dibawa ke pulau Gili Trawangan. Mendengar perbincangan mereka, merupakan logat yang sangat asing Saya dengar, seperti ada percampuran beberapa bahasa ( Jawa, Madura, Bali) dan logat nya hampir serupa dengan Bali. Selama perjalanan menyeberang cukup mengantuk, karena angin yang berhembus dan mata yang kesilauan cahaya matahari.
Tiba di Gili Trawangan tepat 30 menit dari Bangsal, kami menuju pos lapor wisatawan terlebih dahulu dan membayar administrasi Rp.1000/orang. sambil mendaftar, sambil bertanya pula kepada pak penjaga pos tentang sekitar pulau Gili Trawangan, dan penjaga itu menunjukkan arah ke tempat penginapan-penginapan yang cukup murah. Kami pun dipandu oleh salah seorang yang bernama "beli Wayan" ternyata dia orang Bali yang menjadi guide dan mengurus salah satu penginapan di Gili Trawangan bersama pamannya. (sayang sekali saya lupa nama penginapanya) :( yang Saya ingat malah nama penginapan di sampingnya yaitu hotel Melati dan terdapat pasar tepat depan penginapan kami.
Tarif penginapan seharinya Rp.170.000/malam, dan keadaan kamarnya lebih bagus dari penginapan kami di Senggigi. Ruang kamar yang cukup luas, 1 kasur ukuran double dan 1 kasur ukuran single, kamar madinya pun luas dan bersih, dan tentunya kipas angin. Hawa di pulau Gili Trawangan tidak segerah saat di Senggigi (mungkin karena saat itu cuaca sedang akan hujan). Setelah beres mengurus check in penginapan, kami tidak sabar untuk menjelajahi dan mengenal pulau Gili Trawangan, dan tentu saja hunting makan lagi karena perut sudah lapar ^,^.
Setelah selesai makan kami jalan-jalan di pulau Gili Trawangan, menyusuri pantai.
Pasirnya Putih dan Halus, Airnya Bening
Berjalan-jalan, sepanjang jalan kanan-kiri Cafe, penginapan, dan para tourist asing, seperti halnya di Senggigi, saat itu tourist domestik yang terlihat hanya kami bertiga
Pulau Gili Trawangan memang cukup ramai akan penginapan dan cafe-cafe nya, berada di pulau ini berasa seperti bukan bagian dari Indonesia...hehehee...karena yang kami lihat banyak sekali tourist asing mulai dari Eropa sampai Asia. Cafe-cafe nya pun mulai dari masakan khas Lombok, Western Food, East Food, dan ada cafe khusus masakan India, tetapi yang paling banyak menunya adalah Seafood. Untuk makan malam, kami berencana makan di sebuah cafe yang bernama "Beautiful Life". Cafe ini cukup menarik, karena satu-satunya cafe yang menyediakan fasilitas nonton film layar lebar (seperti bioskop, tapi kayak layar tancap jadinya..heheehee) untuk bisa nonton film nya cukup dengan memesan makanan or minuman saja. Cafe ini pun menyediakan fasilitas untuk menonton di ruangan private,disediakan bale-bale untuk menonton film pilihan kita, dengan syarat memesan makanan atau minuman Rp. 30.000/orang, jangan lupa dengan tax and service 21%.
Malam pertama di pulau Gili Trawangan pun tiba...kami bersiap-siap untuk menuju cafe "Beautiful Life"...sepanjang jalan menuju kesana, beberapa cafe yang terlihat sepi tadi siang, mulai ramai dan terlihat nuansa meriah nya, karena lampu-lampu yang temaram namun memberi kesan sebuah hiburan malam di pulau Gili. Sebuah tanah lahan yang cukup lapang pada siang hari, ketika malam berubah menjadi sebuah kawasan wisata kuliner warung tenda. Dan memang ternyata pulau ini menjadi ramai dan hidup pada saat malam hari.
Sayang nya, kami telat sampai di cafe itu..film nya sudah di putar dan tempat duduk nya sudah ramai. Saya juga lupa tidak membaca jadwal pemutaran film saat itu. Akhirnya kami memilih untuk mencoba di bale-bale private untuk menonton film, tepatnya dengan dvd. Jadi, bisa memilih film apa yang ingin kita tonton. Sambil menonton kami pun memesan makanan dan kami menonton sambil makan malam. Durasi film yang kami pilih ternyata cukup lama hampir 3 jam, diseling-seling sambil menonton dan makan, Saya melihat keadaan sekitar, semakin malam agak semakin ramai dengan para tourist yang bersiap-siap untuk berpesta di pub, istilah nya untuk ber-clubing. Akhirnya filmnya selesai juga, sudah hampir tengah malam, beberapa cafe-cafe sudah ada yang tutup, keadaan saat itu lumayan sepi, tetapi tidak untuk salah satu cafe yang masih berdentum musiknya dan masih ada yang menuju kesana.
Dan kami memilih untuk kembali ke penginapan, karena sudah cukup mengantuk, juga ingin berpetualang lagi di hari esoknya.
bersambung......^_^